Membangun Gerakan Keadilan Iklim
Filipina dinobatkan oleh PBB sebagai negara paling rentan ketiga terhadap perubahan iklim, sehingga Filipina merupakan “Negara yang beresiko”. Filipina sering digambarkan sebagai contoh korban dampak perubahan iklim dengan cuaca ekstrim seperti angin topan hebat yang melanda setiap tahun sehingga membunuh ribuan orang, menghancurkan tempat tinggal jutaan orang dengan kerusakan bernilai miliaran. Alasan ini yang mendasari Greenpeace Asia Tenggara meluncurkan kampanye Keadilan Iklim pada tahun 2014, untuk menelusuri para penghasil emisi terbesar di dunia dan menuntut pertanggungjawaban atas kontribusi mereka terhadap krisis iklim tersebut. Kampanye ini menekankan bahwa ketika negara seperti Filipina beradaptasi dan mencoba membangun kembali dampak dari perubahan iklim, kita juga harus mengambil langkah untuk memastikan bahwa topan hebat dan angin puyuh tidak akan menjadi bagian hidup bagi generasi yang akan datang.
Kami bekerja sama dengan sejumlah NGO lain dan memobilisasi ribuan orang, termasuk para korban perubahan iklim dan yang sedang berjuang untuk bertahan hidup, menyorot para pemicu perubahan iklim, yaitu para penghasil emisi terbesar dan pemerintahan mereka, atas kesalahan mereka yang menyebabkan kota mengalami krisis iklim. Kami meluncurkan kegiatan ini melalui sebuah barisan besar yang berjalan 1000 km, dengan sebutan “A People’s Walk for Climate Justice” dari kilometer nol dan berakhir di Tacloban tepat saat peringatan setahun terjadinya Topan Haiyan.
Terlibat dalam Tanggap Bencana
Pada Desember 2014, Filipina kembali diserang oleh badai Topan Hagupit (artinya ‘cambuk’) yang hebat. Sebagai respon atas krisis tersebut, Direktur Eksekutif Greenpeace Internasional Kumi Naidoo berangkat ke Filipina, menyatakan solidaritas kepada penduduk Filipina, untuk menjadi saksi dampak iklim yang terjadi dan menyampaikan pesan pada masyarakat internasional bahwa perubahan iklim bukanlah ancaman masa depan yang dapat ditawar, namun sebuah bahaya masa sekarang yang jelas dan membutuhkan tindakan darurat sekarang juga.
Greenpeace Asia Tenggara juga melaksanakan operasi tanggap bencana untuk masyarakat Visayas bagian Timur yang paling parah terkena dampak Hagupit. Respon awal berupa distribusi lampu tenaga surya portabel untuk sejumlah rumah tangga dan pengungsian di Catbalogan dan Pulau Basiao, Samar, juga di Taft, Samar bagian Timur. Selanjutnya, sebuah misi pengiriman bibit bagi petani di Dolores, Samar Bagian Timur, berhasil dilaksanakan bersama rekan kami di gerakan pertanian ekologis.