pekerjaan
kami 2014

Mempercepat Revolusi Energi

Memastikan Nol Deforestasi

Membela Laut Kita

Menciptakan Masa Depan Bebas Racun

Mendukung Pertanian Ekologis

Menciptakan Gelombang Perubahan Di Asia Tenggara

2014 merupakan tahun yang penuh kesuksesan bagi Greenpeace Asia Tenggara. Terima kasih kepada staf, anggota Board (Dewan Pengawas), relawan dan supporter kami yang berdedikasi, sehingga kami mampu menciptakan perubahan lingkungan yang positif serta membuat perubahan di kawasan ini.

gulir ke bawah

Mempercepat Revolusi Energi
Skala dan urgensi dari perubahan iklim, serta ancamannya terhadap manusia, khususnya masyarakat dan negara miskin dan rapuh di kawasan ini, belum pernah terjadi sebelumnya di dunia. Greenpeace Asia Tenggara telah bekerja tanpa kenal lelah mencari jalan untuk mempercepat Revolusi Energi dengan cara menumbuhkan perlawanan terhadap energi batubara yang merusak di kawasan regional.
Mengungkap Biaya Batubara Sebenarnya
Kami menekankan riset berkelanjutan untuk menyediakan informasi bagi para pembuat kebijakan dan pemegang saham utama. Sebagai yang pertama dalam bidangnya, Laporan “True Cost of Coal” merupakan rangkaian riset komprehensif mengenai kerugian eksternal yang ditimbulkan batubara di negara-negara yang menjadi fokus kami. Pada tahun 2014, kami merilis laporan “True Cost of Coal” (TCC) di Indonesia (dua laporan), Filipina dan Thailand.

Greenpeace berharap bukti yang telah dihasilkan dan disebarkan tersebut akan menjadi instrumen yang berharga untuk menjamin adanya perdebatan yang lebih luas, serta membimbing para pembuat kebijakan dan pemimpin industri dalam kerangka kerja pembuatan keputusan mereka dalam hal perencanaan energi di negara-negara yang bersangkutan.
Menahan Pengadaan Tambang Batubara
Pada tahun 2014, Greenpeace Asia Tenggara berhasil menghentikan proyek pembangkit listrik tenaga batubara di Indonesia dan Thailand. Di Indonesia, kami mendukung suara warga lokal yang keberatan terhadap rencana proyek batubara di Batang yang mengancam sumber pangan dan kehidupan mereka. Kami memastikan bahwa perusahaan yang bertanggung jawab atas hal itu tidak berhasil memenuhi tenggat waktu finansial sehingga pembangunan tesebut tertunda.

Di Thailand, Greenpeace bersama 22 organisasi lain membangun “Protect Krabi Network”, yang mendorong warga Thailand serta para turis untuk mendukung perlindungan bagi alam Krabi yang unik. Lebih dari 50.000 aktivis online menandatangani petisi untuk menunjukkan dukungan mereka dalam menjaga kekayaan dan keberagaman sumber daya alam Krabi dari pembangunan pembangkit listrik serta pelabuhan batubara yang merusak. Hasilnya, Kabinet Thailand menyetujui Deklarasi Perlindungan Lingkungan Alam Krabi, menahan Environmental Health Impact Assessment (EHIA) dan untuk sementara menunda operasi pembangkit listrik bertenaga batubara di Krabi.
Membangun Gerakan Keadilan Iklim
Filipina dinobatkan oleh PBB sebagai negara paling rentan ketiga terhadap perubahan iklim, sehingga Filipina merupakan “Negara yang beresiko”. Filipina sering digambarkan sebagai contoh korban dampak perubahan iklim dengan cuaca ekstrim seperti angin topan hebat yang melanda setiap tahun sehingga membunuh ribuan orang, menghancurkan tempat tinggal jutaan orang dengan kerusakan bernilai miliaran. Alasan ini yang mendasari Greenpeace Asia Tenggara meluncurkan kampanye Keadilan Iklim pada tahun 2014, untuk menelusuri para penghasil emisi terbesar di dunia dan menuntut pertanggungjawaban atas kontribusi mereka terhadap krisis iklim tersebut. Kampanye ini menekankan bahwa ketika negara seperti Filipina beradaptasi dan mencoba membangun kembali dampak dari perubahan iklim, kita juga harus mengambil langkah untuk memastikan bahwa topan hebat dan angin puyuh tidak akan menjadi bagian hidup bagi generasi yang akan datang.

Kami bekerja sama dengan sejumlah NGO lain dan memobilisasi ribuan orang, termasuk para korban perubahan iklim dan yang sedang berjuang untuk bertahan hidup, menyorot para pemicu perubahan iklim, yaitu para penghasil emisi terbesar dan pemerintahan mereka, atas kesalahan mereka yang menyebabkan kota mengalami krisis iklim. Kami meluncurkan kegiatan ini melalui sebuah barisan besar yang berjalan 1000 km, dengan sebutan “A People’s Walk for Climate Justice” dari kilometer nol dan berakhir di Tacloban tepat saat peringatan setahun terjadinya Topan Haiyan.
Terlibat dalam Tanggap Bencana
Pada Desember 2014, Filipina kembali diserang oleh badai Topan Hagupit (artinya ‘cambuk’) yang hebat. Sebagai respon atas krisis tersebut, Direktur Eksekutif Greenpeace Internasional Kumi Naidoo berangkat ke Filipina, menyatakan solidaritas kepada penduduk Filipina, untuk menjadi saksi dampak iklim yang terjadi dan menyampaikan pesan pada masyarakat internasional bahwa perubahan iklim bukanlah ancaman masa depan yang dapat ditawar, namun sebuah bahaya masa sekarang yang jelas dan membutuhkan tindakan darurat sekarang juga.

Greenpeace Asia Tenggara juga melaksanakan operasi tanggap bencana untuk masyarakat Visayas bagian Timur yang paling parah terkena dampak Hagupit. Respon awal berupa distribusi lampu tenaga surya portabel untuk sejumlah rumah tangga dan pengungsian di Catbalogan dan Pulau Basiao, Samar, juga di Taft, Samar bagian Timur. Selanjutnya, sebuah misi pengiriman bibit bagi petani di Dolores, Samar Bagian Timur, berhasil dilaksanakan bersama rekan kami di gerakan pertanian ekologis.
Memastikan Nol Deforestasi
Pada tahun 2013, Greenpeace Asia Tenggara mulai memimpin dan mengkoordinasi kegiatan ini secara global.
Tahun 2014 merupakan tahun yang penting bagi kampanye hutan Greenpeace dimana lima perusahaan besar berkomitmen pada Kebijakan No Deforestation, sebuah awal kampanye tiga tahun yang berlanjut ke kampanye dengan jangka waktu yang panjang. Tiga perusahaan membuat komitmen publik parsial dan dua lainnya membuat komitmen penuh untuk menerapkan kebijakan perlindungan hutan.
Sebuah gebrakan besar didapat dari Wilmar International, perusahaan dagang minyak sawit terbesar di dunia yang berkomitmen pada kebijakan No Deforestation di seluruh kegiatannya (termasuk untuk pihak pemasok mereka). Golden Agri-Resources (GAR) terus memperkuat penerapan Kebijakan Pelestarian Hutan pada seluruh rantai pasokannya, termasuk dengan semua mitra kerja mereka. Bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), 5 perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di Indonesia (Golden Agri Resources, Wilmar, Asian Agri, Cargill and Musim Mas) menandatangani Indonesian Palm Oil Pledge (IPOP), mengajak pemerintah Indonesia untuk mendukung implementasi kebijakan “No Deforestation” mereka dalam kebijakan dan kerangka kerja peraturan mereka.
Pada November 2014, Presiden Indonesia Joko Widodo menerima undangan dari Greenpeace dan sejumlah NGO lainnya untuk mengunjungi lahan gambut di Proponsi Riau. Di sana, Presiden secara langsung membantu membangun bendungan di kanal drainase untuk mengatasi masalah kebakaran hutan. Ia berjanji untuk mengkaji ulang dan membatalkan sejumlah izin serta bersumpah untuk melindungi hutan Indonesia dan ekosistem lahan gambut. Greenpeace Asia Tenggara akan memastikan beliau memegang teguh dan bertanggung jawab atas komitmen tersebut.
Membela Laut Kita
Asia Tenggara terkenal akan kekayaan dan keberagaman kehidupan lautannya. Namun, ancaman terhadap kekayaan laut regional tersebut terus meningkat.
Mengubah Kebijakan Nasional
Greenpeace Asia Tenggara mencetak kemenangan dalam perlawanan terhadap pemancingan ikan yang ilegal, tak terlapor dan melangar peraturan (Illegal, Unreported and Unregulated -IUU) di kawasan Asia Tenggara.

Tahun lalu, Uni Eropa memberikan peringatan pada pemerintah Filipina dengan ‘kartu kuning’, menjadikannya negara yang memiliki kemungkinan untuk tidak bekerja sama dalam perlawanan terhadap pemancingan IUU. Greenpeace Asia Tenggara, bersama rekan lainnya, kemudian melobi pemerintahan Filipina untuk memperbaharui dan memperkuat Hukum Pemancingan Nasional mereka yang sudah kadaluarsa, untuk mengurangi pemancingan ilegal di Filipina, dan mengutamakan hak-hak jutaan nelayan kecil yang telah tertindas oleh praktek pemancingan yang illegal, destruktif dan membabi buta oleh para pemacingan ikan komersil.

Di Indonesia, Greenpeace Asia Tenggara mampu menggunakan pengaruhnya untuk menuntut respon terhadap penggunaan Fish Aggregating Devices (FADs). Sebuah kehendak politik yang kuat dari manajemen perikanan negara untuk menegakkan pembentukan ulang kebijakan yang signifikan, termasuk pengurangan jumlah FAD yang berada di lautan secara drastis, sebuah moratorium baru mengenai perizinan pemancingan kapal asing, dan manajemen pengangkutan menggunakan kapal di lautan yang telah menjadi sumber masalah seperti perdagangan ikan ilegal, pelanggaran hak asasi manusia, dan perkembangan pemburuan sirip ikan hiu.
Menggandeng Para Pecinta Lautan
Greenpeace Asia Tenggara mengorganisasi Konferensi Ikan Hiu pertama di Filipina dengan mengumpulkan perwakilan dari pemerintah, ilmuwan, akademisi, dan penyelam, yang menghasilkan resolusi lokal untuk melawan kepemilikan, penangkapan, dan penjualan ikan hiu, sehingga sejumlah besar hotel dan resort di Cebu pun menghapuskan makanan yang terbuat dari sirip ikan hiu dari daftar menu mereka.

Dengan keberadaan para rekan kami dan didukung petisi online, aksi kami berhasil memaksa Philippines Airlines dan Cebu Pacific untuk berkomitmen dalam penghentian pengiriman sirip ikan hiu dan produk ikan hiu lainnya oleh penerbangan mereka. Kami pun telah mengirim tuntutan kami pada Thai Airways dan Garuda Indonesia, sehingga mereka juga telah berkomitmen untuk berhenti mengangkut sirip ikan hiu.

Di Thailand, Greenpeace memperkuat ikatan dengan komunitas pemancing lokal, dan terlibat dengan konsumen makanan laut untuk meningkatkan pengetahuan mereka mengenai masalah penangkapan ikan berlebih di Teluk Thailand. Greenpeace pun mengorganisir Sustainable Seafood Festival di Bangkok untuk membangun pengetahuan bagi para warga Thailand pecinta lingkungan, mendorong konsumen untuk mengutamakan alternatif makanan laut yang berkelanjutan.
Menyelamatkan Keunikan dan Keragaman Hayati Laut
Untuk menyampaikan persoalan kami di Konvensi PBB dalam pertemuan Undang-Undang Kelautan PBB (Laws of the Sea-UNCLOS) di Januari 2015, Greenpeace Asia Tenggara mengorganisir seminar regional bertema Biodiversity Beyond National Jurisdiction (BBNJ) untuk para negosiator pembuat kebijakan, dan pemegang saham utama untuk mempengaruhi penerapan persetujuan mereka dalam konservasi dan kelestarian penggunaan keragaman biologis kelautan melebihi wilayah yuridis nasional.
Menciptakan Masa Depan Bebas Racun
Kampanye Detoks Greenpeace yang diluncurkan pada tahun 2011 mendesak brand-brand besar untuk menghapus bahan kimia berbahaya dari jaringan suplai mereka per tahun 2020 dan mendorong pemerintah untuk berkomitmen pada penghapusan pembuangan bahan kimia berbahaya selama satu generasi.
Berkat tekanan publik, lebih dari 30 perusahaan, dari Aldi sampai Zara, telah berkomitmen untuk Detoks. Dalam sektor tekstil saja, 18 perusahaan mode terkemuka yang mewakili 10% industri retail mode mulai menghapus bahan kimia beracun. Hal ini menjadi sebuah efek reaktif di seluruh dunia.

Greenpeace Asia Tenggara berpartispasi dalam peluncuran laporan Little Monsters di tahun 2014. Menargetkan para ibu dan konsumen pecinta lingkungan, laporan ini mengungkap bahan kimia berbahaya yang banyak ditemukan di pakaian dan sepatu bayi yang dibuat oleh band-brand besar seperti Disney, Burberry, dan Adidas. Sebagai hasil dari laporan tersebut, Burberry berkomitmen untuk menciptakan fashion yang bebas racun dan menghapus bahan kimia berbahaya dari rantai suplai per bulan Januari 2020.

Pada bulan Mei, bertepatan dengan Piala Dunia, Greenpeace menantang merek olahraga internasional seperti Adidas untuk mempraktekkan komitmen Detoksnya dan menyingkirkan bahan kimia beracun dari rantai suplai yang menyebabkan polusi pada air kita.

Melalui penggunaan aplikasi smart phone La-Ola Wave, Greenpeace mengundang para penggemar olahraga untuk menekan Adidas agar berkomitmen melakukan Detoks secara maksimal. La-Ola wave menuai sukses besar, sehingga brand tersebut pun mengumumkan peta jalan Detoks beberapa minggu setelahnya, dan berkomitmen untuk menghapus bahan kimia berbahaya dari produk dan rantai suplai, mencetak ‘gol’ untuk bumi kita!
Mendukung Pertanian Ekologis
Asia Tenggara memiliki warisan bahan pangan dan pertanian yang tercakup dalam akumulasi kekayaan asli dan keragaman alam yang harus dilestarikan.
Pertanian di wilayah regional ini sangatlah penting untuk kelangsungan ketersediaan berbagai barang dan jasa, makanan dan kelangsungan hidup bagi para petani kecil dan sebagai landasan ekonomi yang penting di negara-negara Asia Tenggara.

Pertanian dengan bahan kimia intensif dan penggerakkan menuju sistem pertanian yang berdasar pada komoditas dan sistem produksi industrial (bukti penanaman tanaman tunggal dan peggunaan organisme yang dimodifikasi secara genetik atau Genetically Modified Organisms (GMOs), pupuk sintesis, serta pestisida), mengancam keragaman pertanian kita yang unik, warisan kebudayaan, serta landasan ekonomi yang penting. Sebagai sebuah wilayah yang terus mengalami peningkatan pengalaman dampak negatif perubahan iklim dalam pangan dan pertanian, tak ada pilhan lain selain terus maju menuju sistem yang lebih kokoh seperti yang telah dibuktikan oleh pertanian ekologis, demi menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan dan nutrisi kita.

Tahun 2014, Greenpeace Asia Tenggara memulai transisi dari sekadar menghentikan GMO, dan memposisikan ulang kinerjanya secara lebih luas dalam bidang pangan, agrikultur, nutrisi lingkungan, serta hubungannya dengan perubahan iklim, dengan cara memperkenalkan pertanian ekologis sebagai solusi efektif bagi jaminan kedaulatan pangan dan nutrisi di tengah dampak perubahan iklim regional. Di waktu yang sama, sekaligus melanjutkan kerja sama untuk menentang GMO dengan cara menangani ketahanan pangan dan nutrisi.

Dalam skala regional, Greenpeace meluncurkan laporan Marker Assisted Selection (MAS) dan mendukung MAS atau “Smart Breeding”, sebuah bentuk pengembangbiakan bioteknologi tanaman konvensional, yaitu memproduksi tanaman varian baru tanpa ketidakpastian dan resiko potensial yang dimiliki GMO. Inovasi bioteknologi ini berkiblat ke masa depan, namun telah dipraktekkan oleh para petani, dan kini menghasilkan dampak positif dalam hidup mereka dengan penanganan berbagai tantangan yang berbeda, dari ketahanan atas penyakit sampai adaptasi iklim. Seluruh aktivitas ini ditujukan untuk menarik perhatian Departemen Pertanian Filipina untuk kembali mempertimbangkan dukungannya terhadap GE ‘golden’ rice, dan menyediakan investasi lebih untuk pertanian ekologis. Pada akhir tahun, terdapat lebih dari 25.000 tanda tangan yang meminta Departemen Pertanian untuk menghentikan persetujuan komersil GE ‘golden’ rice, dan memajukan pertanian ekologis.

Pada Desember 2014, dua minggu setelah badai Topan Hagupit menghancurkan pertanian di Dolores, bagian timur Samar, para petani ekologis yang didukung oleh Greenpeace Asia Tenggara dan organisasi lain berbagi beras dan sayuran yang ditumbuhkan secara ekologis, serta pupuk organik untuk para petani Dolores.
Menciptakan Gelombang Perubahan Di Asia Tenggara
Kampanye 100% Indonesia
Greenpeace Indonesia meluncurkan kampanye 100% Indonesia untuk meningkatkan kesadaran publik dalam usaha mendorong kandidat pemilihan presiden agar memiliki komitmen dalam isu lingkungan. Dengan peran penting Indonesia dalam beberapa permasalahan lingkungan global yang paling mendesak, sangatlah penting agenda lingkungan untuk masuk dalam prioritas teratas para calon presiden.

Kampanye 100% Indonesia mampu menanamkan permasalahan lingkungan dan pesan kampanye Greenpeace ke dalam wacana Pemilihan Umum Presiden pada periode Mei-Oktober 2014. Dengan melakukan rangkaian aktivitas dalam komunitas online dan media lain, kami berhasil mendapatkan perhatian para kandidat presiden dan atensi publik.

Selama ini, diskusi selama masa Pemilihan Umum Presiden hanyalah seputar permasalahan politik, ekonomi, dan sosial. Karena terpengaruh pemberitaan media dan lobi berkelanjutan, permasalahan lingkungan (dengan Greenpeace sebagai organisasi lingkungan terdepan) menjadi isu utama dalam debat publik. Kedua kandidat presidensial kemudian mengumumkan komitmen yang kuat dalam perlindungan lingkungan.

Setelah masa Pemilihan Umum Presiden, kampanye 100% Indonesia terfokus pada posisi Greenpeace sebagai organisasi lingkungan terdepan dalam permasalahan lingkungan untuk pemerintahan baru Indonesia. Kementerian Perhutanan dan Lingkungan, Kantor Kepresidenan, serta Parlemen mengundang Greenpeace dalam merencanakan dan mengembangkan peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan dan kehutanan.
Perkembangan Greenpeace di Asia Tenggara
Asia Tenggara memiliki peran yang semakin besar dalam pengambilan keputusan global dan pertumbuhan ekonomi yang kuat; kita juga menjadi sumber bagi kasus kerusakan lingkungan terparah di dunia. Kami sadar bahwa kawasan kita adalah sebuah wilayah yang dinamis, wilayah berpengaruh dimana perlindungan lingkungan sangatlah penting. Greenpeace Asia Tenggara memainkan peran penting dalam memastikan bahwa permasalahan lingkungan tidak dapat diabaikan, serta menyediakan solusi efektif yang akan memiliki dampak regional.

Pada tahun 2014, selain kegiatan yang berkelanjutan di Indonesia, Filipina, dan Thailand, Greenpeace Asia Tenggara pun melakukan sejumlah kegiatan di negara-negara lain di kawasan ini. Beberapa hasil positif yang didapat berupa:
  • Pertumbuhan sebesar 40% jumlah email para pendukung dan 20% pertumbuhan untuk pendukung media sosial, yang berpartisipasi dalam kampanye kehutanan, Iklim & Energi, dan Arktik.
  • Pengembangan komunitas online di Malaysia, Myanmar, Singapura, dan Perbatasan dataran rendah Mekong.
  • Lebih dari 100 relawan reguler dari Malaysia Myanmar, Kamboja dan Singapura telah bergabung dengan kegiatan kami.
  • Sejumlah kegiatan dari komunitas yang berbasis di Malaysia, seperti pemutaran film, diskusi, forum dan pelantikan relawan.
  • Beberapa aktivitas kerjasama di Malaysia, Myanmar dan Singapura telah mengembangkan jaringan kontak yang luas di seluruh Asia Tenggara.
  • Hasil riset yang meningkat: dipubikasikannya laporan “Stop Lynas”, sebuah peluncuran media dan produksi dari laporan internal dan untuk tiap bagian.